Beranda | Artikel
Kaedah Fikih (14): Hukum Asal Nyawa, Haram untuk Dibunuh
Senin, 24 Februari 2014

Hukum asal satu jiwa itu haram darahnya diambil atau dibunuh.

Inilah yang dikatakan lagi dalam kaedah fikih Syaikh As Sa’di selanjutnya,

الأصل في الأبضاع واللحوم والنفس للمعصوم

تحريمها حتى يجيء الحل فافهم هداك الله ما يحل

Hukum asal hubungan biologis dan daging, begitu pula darah dan harta orang yang terjaga

adalah haram sampai datang dalil yang menunjukkan halalnya, maka pahamilah apa yang telah didiktekan

Kaedah di atas berisi pelajaran bahwa darah satu jiwa itu tidak boleh diambil kecuali jika adanya dalil. Yang menunjukkan benarnya kaedah ini adalah firman Allah Ta’ala,

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An Nisa’: 29).

Begitu pula firman Allah Ta’ala,

وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ

(Sifat orang beriman yaitu) tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar ” (QS. Al Furqon: 68).

Juga dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan,

لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ الثَّيِّبُ الزَّانِ وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ

Tidaklah halal darah seorang muslim -yang telah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah- kecuali karena tiga perkara: (1) orang yang telah menikah namun berzina, (2) membunuh satu jiwa, (3) meninggalkan agama dan memberontak dari pemerintah yang sah” (HR. Bukhari no. 6878 dan Muslim no. 1676).

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا

Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari no. 3166)

Inilah hukum asalnya, nyawa seseorang -meskipun kafir- tidak boleh diambil kecuali adanya dalil. Yang dikecualikan dari hal ini seperti tukang sihir, orang yang murtad, dan kafir harbi. Mengenai kafir harbi -yaitu kafir yang memerangi kaum muslimin- disebutkan dalam ayat,

فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ

Perangilah orang-orang musyrik.” (QS. At Taubah: 5).

Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

 

Referensi:

Syarh Al Manzhumatus Sa’diyah fil Qowa’id Al Fiqhiyyah, -guru kami- Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir bin ‘Abdul ‘Aziz Asy Syatsri, terbitan Dar Kanuz Isybiliya, cetakan kedua, 1426 H, hal. 82-83.

Ditulis selepas ‘Ashar, 24 Rabi’uts Tsani 1435 H, di Pesantren Darush Sholihin, Gunungkidul

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Follow status kami via Facebook Muhammad Abduh TuasikalFans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat,Twitter RumayshoCom

Akan segera hadir buku Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal terbaru: “Kenapa Masih Enggan Shalat?” seharga Rp.16.000,-. Silakan lakukan pre order dengan format: Buku enggan shalat# nama pemesan# alamat# no HP# jumlah buku, kirim SMS ke 0852 00 171 222.


Artikel asli: https://rumaysho.com/6758-kaedah-fikih-14-hukum-asal-nyawa-haram-untuk-dibunuh.html